Lagu ‘Alah Bataun Rantau Manjadi Labuahan Hiduk Khas Minang
Lagu ‘Alah Bataun Rantau Manjadi Labuahan Hiduk Khas Minang Tradisi pulang kampung ini selalu disambut dengan antusiasme tinggi, tidak terkecuali oleh para perantau Minang yang tersebar di berbagai daerah. Setiap kali musim mudik tiba, lagu-lagu Minang bertema perantauan kembali populer dan menemani perjalanan para pemudik.
Salah satu lagu yang selalu hadir mengiringi perjalanan para perantau Minang adalah “Alah Bataun Rantau Manjadi Labuahan Hiduk”. Lagu ini dipopulerkan oleh Eja, Abdi, dan Dira, serta menjadi lagu wajib bagi mereka yang sedang dalam perjalanan pulang ke Ranah Minang. Liriknya yang sarat makna dan irama khas Minang membuat lagu ini selalu menghangatkan suasana.
Lagu “Alah Bataun Rantau Manjadi Labuahan Hiduk” menggambarkan kerinduan mendalam seorang perantau yang telah lama meninggalkan kampung halaman demi mencari penghidupan yang lebih baik. Melalui liriknya, pendengar dapat merasakan betapa beratnya menahan rindu akan kampung halaman. Dengan kata-kata yang penuh haru dan irama musik yang mendayu, lagu ini berhasil menyentuh hati para perantau.
Lagu ‘Alah Bataun Rantau Khas Pemudik Minang
Berikut adalah cuplikan lirik dari lagu tersebut:
Alah batahun rantau manjadi labuahan hiduik Tabayang kampuang tampek bamain maso dulunyo Rindu manahun manyeso diri, siang jo malam samakin laruik Mandayo badan pulang ka kampuang nan denai cinto Mandayo badan pulang ka kampuang nan denai cinto
Oh, mandeh kanduang, usah risaukan denai di siko Kok lai untuang suratan Tuhan ka bakeh ambo Di hari rayo nan ka tibo, denai pulang jo minantu bundo Jo oto baru, kileknyo rancak, sirah warnanyo Jo oto baru, kileknyo rancak, sirah warnanyo
Oi, dunsanak, marilah kito Pulang ka kampuang basamo Oi, sanak, marilah kito Pulang ka kampuang basamo-samo
Lagu ini membawa pesan mendalam mengenai perjuangan perantau Minang dalam mengarungi kehidupan di perantauan. Meskipun harus berpisah dari kampung halaman dalam waktu yang lama, tekad untuk pulang selalu ada. Lagu ini juga mengisahkan harapan dan doa agar dapat kembali dengan membawa keberhasilan.
Pada bait lagu lainnya, diceritakan tentang kerinduan mendalam kepada orang tua, terutama kepada sang ibu. Si perantau menenangkan hati ibunya agar tidak terlalu khawatir, karena pada akhirnya ia akan kembali membawa kabar baik dan kebahagiaan. Simbol kendaraan baru yang disebutkan dalam lagu menunjukkan pencapaian perantau setelah berjuang keras di tanah orang.
Lebaran menjadi waktu yang dinantikan oleh para perantau Minang untuk kembali ke kampung halaman. Momen ini digunakan untuk berkumpul bersama keluarga, berbagi cerita, dan merajut kembali tali persaudaraan. Lagu ini juga memberikan dorongan bagi para perantau lainnya agar tidak ragu untuk pulang dan merayakan Idul Fitri di kampung halaman.
Tidak hanya menyentuh sisi emosional, lagu ini juga mengandung pesan optimisme. Meskipun hidup merantau penuh tantangan, keberhasilan dapat diraih dengan kerja keras dan ketekunan. Kembali ke kampung dengan penuh kebanggaan dan membawa kabar baik menjadi simbol kemenangan atas berbagai perjuangan.
Saat musim mudik tiba, lagu “Alah Bataun Rantau Manjadi Labuahan Hiduk” kerap diputar di berbagai tempat. Suara merdu dan irama khas Minang terdengar dari mobil-mobil pemudik, bus antarkota, hingga tempat peristirahatan sepanjang perjalanan. Lagu ini seakan menjadi teman setia yang menguatkan tekad untuk segera tiba di tanah kelahiran.
Baca Juga : Lirik Lagu After Dark Bikin Indra Gerson Dapat Royalti Rp 730 Juta
Bagi para perantau Minang, lagu ini bukan sekadar hiburan semata, melainkan sebuah ungkapan kerinduan yang mendalam. Setiap baitnya mencerminkan perjalanan hidup mereka yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Momen pulang kampung adalah saat di mana semua jerih payah terasa terbayar dengan hangatnya pelukan keluarga.
Jika Anda seorang perantau Minang yang berencana mudik pada Lebaran kali ini, jangan lupa untuk menambahkan lagu “Alah Bataun Rantau Manjadi Labuahan Hiduk” ke dalam daftar putar Anda. Lagu ini akan menjadi teman setia yang menemani perjalanan menuju kampung halaman, membawa kenangan indah dan semangat baru untuk kembali berkumpul bersama keluarga tercinta.
Secara keseluruhan, lagu ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga simbol kekuatan dan ketabahan para perantau dalam menggapai kehidupan yang lebih baik. Melalui lirik yang menyentuh, lagu ini menjadi bagian dari cerita panjang perjalanan hidup perantau Minang, dari rantau ke kampung halaman. Tak heran, jika setiap kali mudik Lebaran, lagu ini selalu menjadi pengiring setia dalam perjalanan pulang.